Bagi sebagian besar perantau, termasuk saya, mudik "wajib" hukumnya. Lebaran tahun ini insya Allah, saya akan berlebaran di Medan bersama keluarga, saudara dan kawan-kawan disana. Tentu , banyak waktu untuk bisa pulang, tidak mesti lebaran saja. Tapi suasana lebaran akan berbeda, untuk itulah momen ini mendapat nama mudik. Ini sebenarnya acara khas untuk para perantau dari kampung. Bisa dilihat dari namanya, (m) udik yang berarti desa atau kampung. Mudik adalah pulang kampungnya seorang udik dari perantauan. Tapi entah kenapa, orang kota juga mudik. Padahal mereka bekerja atau sekolah di kota Jakarta atau London (mungkin juga New York) dan rumah asal mereka di kota Bandung atau Surabaya. Mungkin karena kosakata mudik sudah jadi bahasa baku Indonesia...
Tiket sudah saya pesan jauh hari sebelumnya dan sudah ditangan. Ini saya lakukan agar bisa mendapat harga yang murah. Maklumlah, di negeri yang permai dan damai ini harga-harga selalu melonjak tinggi ketika lebaran bahkan harga-harga sudah pada naik menjelang bulan puasa. Mungkin mereka yang hobi menaikkan harga itu ingin juga mendapatkan untung yang fantastis dari peristiwa sekali setahun ini. Tujuannya (sekali lagi; mungkin) agar mereka mendapat banyak uang dan akhirnya bisa mudik juga seperti saya.
Saya mendapat tiket kelas ekonomi (bukan promo karena sudah tidak kebagian) dengan harga yang (menurut mbak cantik penjual tiketnya) masih cukup murah. Tapi tentu saja, si mbak itu tidak mengerti benar konsep murah untuk orang seperti saya. Ataukah saya yang tidak betul-betul paham aturan murah harga sebuah tiket pesawat? Entahlah, saya kali ini tidak begitu peduli. Yang penting mudik dan bisa secepatnya sampai dirumah :-))
Selamat mudik !
No comments:
Post a Comment